Gampong gurah merupakan sebuah wilayah yang terletak di lereng pergunungan yang namanya juga dijadikan sebagai nama kemukiman yaitu Mukim Gurah, asal nama Gampong Gurah dan juga mukim Gurah berasal dari nama seorang Ulama Basar yang bernama Tgk. Chik Maharaja Gurah, menurut sejarahwan pada masa zaman dulu Tgk. Chik Maharaja Gurah adalah salah satu Penasehat Raja Aceh Sultan Iskandar Muda hingga beliau wafat di wilayah Gampong Gurah. dari situlah untuk mengenang kegigihannya nama tempat wafat beliau dinamakan Gampong Gurah dan juga Tercatat sebagai nama Mukim Gurah.
Sistem pemerintahan Gurah berasaskan pada pola adat/kebudayaan dan peraturan formal yang sudah bersifat umum sejak zaman dahulu, pemerintahan Gampong dipimpin oleh seorang keuchik dan dibantu oleh seorang Seketaris dan beberapa Kepala Dusun. Imum Mukim memiliki peranan yang cukup kuat dalam tatanan pemerintahan gampong, yaitu sebagai penasehat baik dalam penetapan sebuah kebijakan ditingkat pemerintahan gampong dan dalam memutuskan sebuah putusan hukum adat.
Tuha Peut menjadi bagian lembaga penasehat Gampong, Tuha Peut juga sangat berperan dan berwenang dalam memberi pertimbangan terhadap pengambilan keputusan-keputusan gampong, memantau kinerja dan kebijakan yang diambil oleh keuchik. Imum Meunasah berperan mengorganisasikan kegitan-kegiatan keagamaan. Pada zaman dulu roda pemerintahan dilaksanakan di rumah pak keuchik dan di lapangan (tengah-tengah masyarakat) karena pada saat itu belum ada Kantor keuchik.
sebagaimana sejarah mengisahkan kejadian besar yg terjadi pada tanggal 26 desember 2004, juga telah memberikan peninggalan yang sangat besar di gampong gurah. Yaitu kubah masjid dari gampong lamteugoh yang berat 80 ton terseret 2,5 km berpindah ke gampong gurah yang sekarang dinamakan dengan masjid Al-Tsunami. Dan sekarang menjadi destinasi wisata.